Ikom.umsida.ac.id – Pernah nggak sih kalau ada yang nanya, “Kak, cantik banget! Skincarenya apa?” terus jawabannya simpel, “Air wudhu.”
Kayaknya jawaban ini udah jadi template di banyak percakapan, tapi sebenarnya ada makna lebih dalam di baliknya. Bukan cuma soal religius, tapi juga tentang cara kita berkomunikasi soal kecantikan.
Baca juga: Strategi Digital Marketing melalui TikTok Live dan Word of Mouth
Kenapa Jawabannya ‘Air Wudhu’?
Di zaman sekarang, skincare 10 langkah ala Korea jadi tren yang bikin banyak orang penasaran. Tapi di sisi lain, masih banyak yang percaya kalau kecantikan itu datang dari hal-hal yang lebih simpel. Jawaban “air wudhu” ini bisa punya beberapa makna, lho!

Pertama, ini bisa jadi bentuk cara berpikir bahwa kecantikan itu nggak cuma dari luar tapi juga dari dalam. Wudhu yang dilakukan lima kali sehari dalam Islam sering dianggap bikin wajah lebih bersih dan bercahaya. Bukan cuma fisik, tapi juga dari ketenangan hati.
Kedua, bisa juga ini semacam ‘jawaban aman’ buat menghindari ekspektasi sosial. Kalau kita sebut merek skincare mahal, bisa aja muncul anggapan kalau kecantikan kita cuma hasil produk. Sebaliknya, nyebut ‘air wudhu’ bikin kesannya lebih natural dan nggak ribet.
Lihat juga: Momen Kebersamaan: Buka Bersama dan Rapat Aslab Ikom Umsida
Peran Media dalam Standar Kecantikan
Nggak bisa dipungkiri, media dan iklan punya pengaruh besar dalam membentuk standar kecantikan. Kulit glowing, mulus, bebas jerawat, semuanya selalu ditampilkan dalam kampanye skincare. Tapi sekarang juga mulai banyak gerakan self-love dan kecantikan alami yang dipopulerkan di media sosial.
Di sinilah menariknya. Ada tekanan buat pakai skincare lengkap biar kulit tetap sehat, tapi di saat yang sama ada juga glorifikasi kecantikan natural tanpa ribet.
Makanya, jawaban ‘air wudhu’ bisa jadi semacam cara buat lepas dari tuntutan itu. Bisa juga sebagai tanda kalau kecantikan nggak harus selalu dikaitkan dengan produk tertentu.
Skincare, Wudhu, dan Cara Kita Berkomunikasi
Dalam percakapan sehari-hari, jawaban ‘air wudhu’ juga bisa jadi strategi buat menghindari obrolan lebih lanjut soal skincare. Mungkin ada yang malas ngejelasin panjang lebar atau nggak mau dianggap ‘terlalu usaha’ dalam urusan perawatan kulit.
Padahal pada kenyataannya, skincare dan air wudhu bisa saling melengkapi. Wudhu bantu membersihkan wajah dari debu dan kotoran, sementara skincare kasih nutrisi yang dibutuhkan kulit.
Jadi kalau ada yang jawab “air wudhu” pas ditanya soal skincare, itu bukan sekadar iseng. Ada makna komunikasi di dalamnya. Bisa jadi bentuk spiritualitas, strategi ngobrol, atau bahkan cara buat menolak standar kecantikan yang ditetapkan media.
Yang jelas mau pakai skincare lengkap atau cukup air wudhu, yang penting kita nyaman dan percaya diri dengan diri sendiri. Karena cantik itu bukan cuma soal produk, tapi juga soal gimana kita melihat diri kita sendiri.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo