Ikomumsida.ac.id – Pengembangan sumber daya manusia (SDM) bukan sekadar agenda rutin, melainkan fondasi strategis yang menentukan masa depan lembaga filantropi. Hal inilah yang menjadi fokus utama Lembaga Manajemen Infaq (LMI) sebagai lembaga zakat nasional yang terus meneguhkan eksistensinya dalam meningkatkan kesejahteraan umat melalui penghimpunan dan pendayagunaan dana donasi.
Kesadaran akan pentingnya peningkatan kualitas individu menjadi alasan utama Direktorat Marketing & Partnership (DMP) LMI menyelenggarakan forum evaluasi bulanan yang dikemas sebagai ruang pengembangan diri dan motivasi karier. Forum strategis ini diselenggarakan pada Jumat pagi, 19 September 2025, bertempat di ruang rapat lantai 3 kantor pusat LMI Surabaya. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh amil serta peserta magang yang tergabung dalam Direktorat Marketing & Partnership.
Tidak hanya berfungsi sebagai forum evaluasi pencapaian penghimpunan donasi bulan berjalan, acara tersebut bertransformasi menjadi ruang coaching karier yang penuh inspirasi. Dipimpin langsung oleh Direktur DMP, Bapak Ozy Riyanto, forum ini menghadirkan perspektif baru tentang bagaimana seorang amil dapat berkembang secara profesional melalui pembentukan karakter kerja yang progresif dan berjenjang.
Baca juga: Pembuatan Buku Company Profile PT Sistand oleh Mahasiswa Magang Ikom Umsida
Dalam pembukaan sesi, Bapak Ozy menyampaikan bahwa keberhasilan penghimpunan donasi tidak semata-mata ditentukan oleh strategi marketing atau dukungan teknologi, tetapi juga sangat bergantung pada kualitas mentalitas dan karakter kerja dari setiap amil. Ia menegaskan bahwa peningkatan karier bukan hadiah, melainkan hasil dari proses transformasi karakter individu yang berkelanjutan.
“Setiap dari kita memiliki potensi untuk bertumbuh, namun pertumbuhan itu membutuhkan kesadaran dan disiplin karakter. Saya ingin memastikan bahwa kita tidak hanya mencapai target bulanan, tetapi juga mencapai target pengembangan diri,” ujarnya dengan penuh semangat.
Tiga Tahapan Transformasi Karakter Amil sebagai Tangga Karier

Dalam penyampaiannya, Bapak Ozy membagi jenjang perkembangan karier amil ke dalam tiga tahapan karakter penting yang mencerminkan tingkat kematangan profesional seseorang. Tahapan ini bukan sekadar indikator posisi jabatan, melainkan tolok ukur yang menunjukkan sejauh mana amil mampu memberikan kontribusi strategis terhadap organisasi.
Lihat juga: Kolaborasi Akademik Global FBHIS Umsida di USIM Malaysia Perkuat Jejaring Internasional Mahasiswa
Individual Contribution (Tahap Dasar Kontribusi Individu)
Tahap pertama merupakan fase awal di mana seorang amil baru memahami ritme kerja organisasi. Pada fase ini, kontribusi amil masih bersifat dasar dan terbatas. Ciri-cirinya antara lain masih menunggu instruksi dari atasan, belum mengetahui apa yang harus dilakukan tanpa arahan jelas, serta sering ditanya terlebih dahulu mengenai progress pekerjaan.
Meski tahap ini dianggap wajar, terutama bagi amil baru, namun Pak Ozy menegaskan bahwa amil tidak boleh terlalu lama berada pada fase ini karena berpotensi membebani tim dan memperlambat pencapaian target kolektif.
“Tahap ini adalah fase belajar, tapi jika kita stagnan di sini, kita akan membebani tim. Kuncinya bukan hanya bekerja keras, tapi juga berinisiatif,” tegasnya.
Supervisi Contribution (Tahap Kontribusi Mandiri di Bawah Pengawasan)
Memasuki tahap kedua, amil menunjukkan peningkatan signifikan dalam kesadaran kerja. Pada fase ini, amil sudah memahami tugas tanpa menunggu arahan, mampu proaktif melaporkan perkembangan pekerjaan secara berkala, dan meminta evaluasi untuk meningkatkan kualitas kinerjanya.
Amil pada tahap ini dianggap sebagai aset berharga karena telah mampu menjalankan tugas secara mandiri dengan tanggung jawab penuh, walaupun masih berada dalam supervisi atasan. Karakter seperti ini menunjukkan kesiapan amil untuk berkontribusi lebih luas dalam tim.
“Supervisi Contribution mencerminkan kematangan emosional dan pemahaman profesional. Anda bukan lagi hanya pekerja, tetapi mulai menjadi penggerak,” jelas Pak Ozy.
Leader Contribution (Tahap Kepemimpinan Visioner)
Tahap tertinggi dari pengembangan karakter amil adalah Leader Contribution. Pada tahap ini, amil tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi mampu menciptakan sistem kerja, memberikan usulan strategis, serta melakukan perencanaan jangka panjang dengan pola POE (Planning, Organizing, Evaluating).
Amil dengan karakter ini memiliki pandangan visioner, mampu menginspirasi rekan kerja, dan berkontribusi secara transformasional untuk keberlangsungan lembaga.
“Amil dengan karakter kepemimpinan adalah lokomotif organisasi. Mereka tidak hanya menyelesaikan pekerjaan, tetapi menciptakan peluang dan membawa perubahan positif,” tambahnya.
Forum Evaluasi yang Menjadi Wadah Transformasi
Selain membahas pengembangan karakter, forum ini juga dimanfaatkan sebagai ajang evaluasi progres kinerja penghimpunan donasi untuk bulan September 2025. Direktur DMP menekankan bahwa tahun ini, LMI menargetkan peningkatan penghimpunan melalui sektor corporate yang dinilai memiliki potensi besar.
Oleh karena itu, pengembangan karakter amil tidak bisa ditunda mengingat kebutuhan akan SDM yang adaptif, proaktif, dan inovatif untuk menjalin hubungan strategis dengan mitra korporasi. Pak Ozy memberikan beberapa catatan penting kepada manajer dan seluruh amil terkait peningkatan inisiatif.
Ia menyoroti pentingnya analisis mandiri serta kemampuan menyusun strategi baru berdasarkan hasil evaluasi lapangan. Menurutnya, dengan membangun karakter kerja yang berorientasi pada solusi dan inovasi, amil tidak hanya akan mencapai target individu, tetapi juga mengakselerasi pencapaian target organisasi.
Antusiasme Peserta dan Harapan Masa Depan
Forum ini disambut dengan antusiasme tinggi oleh seluruh peserta. Banyak amil yang merasa termotivasi karena forum tidak hanya fokus pada aspek teknis pekerjaan, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya peningkatan kualitas diri.
Beberapa amil menyampaikan kesan bahwa forum seperti ini memberikan pencerahan baru mengenai arah karier mereka di LMI, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap lembaga. Forum ditutup dengan ajakan dari Direktur agar seluruh amil mulai melakukan refleksi pribadi dan menentukan posisi karakter mereka saat ini.
Beliau mengajak para peserta untuk menuliskan target pengembangan pribadi yang selaras dengan visi lembaga.
“Kita adalah pejuang filantropi. Bekerja bukan hanya untuk angka, tetapi untuk manfaat umat. Untuk itu, mari siapkan diri menjadi pemimpin perubahan,” pungkasnya.
Dengan adanya forum pengembangan karakter ini, LMI menunjukkan komitmennya dalam membangun SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi. Penguatan karakter amil bukan hanya menjadi strategi internal, tetapi menjadi bagian dari visi besar LMI untuk menciptakan pemimpin filantropi masa depan yang visioner, profesional, dan mampu membawa transformasi sosial.
Penulis: Syahmi Safaras
Penyunting: Salwa Rizky Awalya