Ikom.umsida.ac.id – Lembaga Manajemen Infaq (LMI) kembali melaksanakan agenda peningkatan kapasitas amil melalui program Ruang Amil #41 dengan tema Neuro Marketing: Pengembangan Strategi Komunikasi Lembaga Zakat.
Kegiatan ini digelar di Lantai 3 kantor pusat LMI Surabaya, mulai pukul 09.00 hingga 11.30 WIB pada Kamis (6/11/2025).
Pelatihan tersebut dihadiri oleh para amil dari berbagai divisi yang bertugas dalam aktivitas penghimpunan, pelayanan donatur, marketing, hingga media.
Suasana hangat terasa sejak pembukaan acara, terlebih saat Ozi Riyanto selaku Direktur Direktorat Marketing Partnership menyampaikan sambutan.
Ia menekankan pentingnya strategi komunikasi yang adaptif di era digital serta kemampuan amil dalam menyampaikan pesan kemanusiaan yang mampu menyentuh sisi emosional masyarakat.
“Komunikasi zakat bukan hanya tentang menyampaikan informasi, melainkan tentang menggerakkan hati. Ketika pesan yang kita sampaikan menyentuh sisi emosional, maka semakin besar peluang umat untuk tergerak membantu,” ujar Ozi, selaku Direktur Direktorat Marketing Partnership.

Pada kesempatan ini, Noven Suprayogi SE MSi Ak, Bendahara Pengurus Yayasan Manajemen Infaq Ukhuwah Islamiyah sekaligus Dosen Ekonomi Islam Universitas Airlangga hadir sebagai pemateri utama.
Ia menyampaikan bagaimana neurosains dapat diterapkan dalam strategi pemasaran zakat sehingga pesan-pesan kebaikan dapat diterima dengan lebih efektif oleh publik.
Baca juga: Mahasiswa Ikom Asah Skill Produksi Media Digital Lewat Podcast Bersama PT UPI
Penerapan Neuro Marketing dalam Komunikasi Lembaga Zakat
Dalam pemaparannya, Noven menjelaskan bahwa neuro marketing merupakan pendekatan yang mempelajari bagaimana otak manusia merespons pesan, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Pendekatan ini diyakini mampu meningkatkan efektivitas kampanye zakat karena sebagian besar keputusan berdonasi dilakukan melalui dorongan emosional sebelum dipertimbangkan secara logis.
“Ketika visual, alur cerita, dan data disajikan secara tepat, maka sistem otak kita secara otomatis memicu empati dan keinginan untuk bertindak,” jelas Noven.
Ia memerinci beberapa konsep dasar neurosains yang relevan dengan lembaga zakat, salah satunya adalah keseimbangan stimulasi antara otak kanan yang berperan pada emosi, serta otak kiri yang menimbang logika dan manfaat.

Melalui keseimbangan tersebut, lembaga zakat dapat menciptakan narasi yang menyentuh namun tetap kredibel.
Noven juga memberikan contoh bagaimana LMI dapat memaksimalkan storytelling, seperti menampilkan perjalanan penerima manfaat yang mengalami perubahan hidup berkat zakat yang disalurkan.
Konten visual berupa foto nyata di lapangan, dokumentasi video, serta penguatan data pencapaian masing-masing program dinilai mampu meningkatkan tingkat kepercayaan donatur.
Para peserta terlibat dalam diskusi seputar strategi persuasi digital yang berdampak, termasuk penyusunan CTA (Call to Action) yang jelas serta pemanfaatan media sosial untuk memperluas jangkauan pesan zakat.
Salah satu amil LMI, Ayu Andini dari Departemen Brand and Creative, menyampaikan bahwa pelatihan ini memberikan pemahaman baru dalam penerapan komunikasi empatik.
“Selama ini ketika saya membuat konten lebih fokus pada penyampaian informasi saja. Namun ketika sudah mendapatkan materi dari pelatihan ini, saya belajar bagaimana pesan bisa mendorong aksi nyata dari masyarakat,” ungkapnya.
Melalui pelatihan ini, amil LMI diharapkan tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu menerapkannya dalam seluruh materi kampanye zakat kedepannya.
Lihat juga: Gerak Nyata Mahasiswa Umsida dalam Aksi Bela Palestina di Jakarta
Peran Mahasiswa Ikom sebagai Tim Dokumentasi di Pelatihan Neuro Marketing
Pelatihan Ruang Amil #41 juga melibatkan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) sebagai tim media dokumentasi kegiatan.
Mereka bertugas untuk mengabadikan seluruh rangkaian acara melalui foto dan video serta menyiapkan materi publikasi bagi keperluan konten pasca pelatihan.
Keterlibatan mahasiswa ini tidak hanya membantu kebutuhan dokumentasi LMI, tetapi juga memberikan ruang praktik nyata bagi mahasiswa dalam memahami pola kerja media lembaga kemanusiaan.
Mereka belajar mengenai komposisi visual, pengelolaan narasi publikasi, hingga etika dalam dokumentasi sosial. Salah satu mahasiswa Ikom Umsida, mengungkapkan rasa senangnya dapat terlibat langsung dalam kegiatan peningkatan profesionalitas amil ini.
“Disini saya nggak hanya dokumentasi aja, tetapi saya belajar dan bisa melihat langsung bagaimana strategi komunikasi diimplementasikan dalam lembaga zakat seperti LMI ini,” ujar Saskya.
Terlihat selama acara berlangsung, para mahasiswa aktif mengambil dokumentasi dari berbagai sudut ruang guna memastikan setiap momen penting terekam dengan baik.
Kolaborasi akademisi dan lembaga zakat seperti ini menunjukkan bahwa peningkatan literasi dan publikasi zakat dapat dilakukan melalui berbagai bentuk sinergi.
Kegiatan pelatihan Neuro Marketing ini diakhiri dengan sesi foto bersama dan penegasan komitmen untuk terus menghadirkan komunikasi zakat yang kreatif, inspiratif, serta berlandaskan nilai kebermanfaatan bagi umat.
LMI berharap langkah ini dapat terus memupuk peran amil sebagai garda terdepan gerakan zakat di Indonesia.
Penulis: Anisa, Saskya, Devi
Penyunting: Indah Nurul Ainiyah


















