Ikom.umsida.ac.id – Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) kembali menorehkan prestasi gemilang di ajang Internasional, Ana Sofiana Wahyu menjadi salah satu pemenang best paper pada International Conference on Emerging New Media and Social Science (ICEMSS) 2025.
ICEMSS 2025 yang dilaksanakan pada Rabu, (23/04/2025) di Hotel Haris Denpasar Bali, diikuti oleh perserta perwakilan dari enam negara. Setiap peserta yang mengikuti konferensi ini diwajibkan menulis jurnal ilmiah yang juga menjadi bagian dari tugas akhir sebagai syarat kelulusan mereka.
Di antara banyak paper yang disubmit dalam konferensi tersebut, Ana berhasil menjadi salah satu mahasiswa asal Indonesia yang meraih penghargaan Best Paper dengan mengangkat tema “Cyber PR and Trust-Building in a Borderless Digital World”. Prestasi tersebut menjadi bukti konkret akan kualitas riset mahasiswa Umsida yang mampu bersaing di kancah Internasional.
Mengangkat Etika Public Relations dalam Film “Alpha Girls”
Lewat papernya yang berjudul “Analisis Kode Etik APPRI Dalam Film Series Alpha Girls”, Ana sukses menarik perhatian para juri Internasional melalui kajian kritisnya tentang bagaimana kode etik public relations khususnya kode etik APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia) diterapkan pada sebuah film.
“Saya tertarik memilih topik ini karena dunia public relations sangat lekat dengan komunikasi, namun aspek etikanya sering diabaikan, terlebih dalam media seperti film. Film ‘Alpha Girls’ ini populer dan banyak menampilkan sisi lain dari kehidupan para PR yang belum banyak diketahui publik,” ujar Ana.
Dalam penelitiannya, Ana berhasil mengidentifikasi tujuh pasal dalam kode etik APPRI yang relevan dengan adegan-adegan dalam film tersebut. Penelitian ini tidak hanya menjadi kontribusi akademis tetapi juga membuka ruang diskusi tentang bagaimana new media membentuk persepsi publik terhadap profesi dari seorang public relations.
Lihat juga: Ikom Umsida Gandeng 6 Negara dalam Konferensi Internasional ICEMSS 2025
Proses Menulis yang Penuh Tantangan
Meski akhirnya berbuah manis dengan menjadi pemenang best paper, Ana mengaku sempat mengalami kesulitan dalam proses menyusun paper tersebut. Ia harus melewati beberapa fase revisi dan perubahan konsep.
“Tantangan terberat adalah ketika Saya harus mengganti judul hingga tiga kali, bahkan saat sidang proposal saya juga mengganti teori utama. Itu membuat Saya harus menyusun ulang hampir seluruh bagian penelitian,” ucapya.
Namun, semangat Ana untuk menyelesaikan penelitian tetap menyala. Ia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada dosen pembimbingnya, Ainur Rochmaniah, M.Si., yang telah membimbingnya dengan sabar hingga berhasil meraih penghargaan Best Paper.
Keunikan topik dengan mengangkat isu etika pada seorang public relations yang ada dalam film Indonesia menjadi kekuatan dari paper yang ditulisnya. Ia juga menyebut bahwa sumber inspirasinya datang dari penelitian terdahulu oleh Anggy Ayu Wandari yang membahas pelanggaran kode etik PR dalam film The Ides of March, meskipun dengan kode etik yang berbeda.
“Saya awalnya bingung mau mengakat topik apa, terus baca-baca jurnal dan nemu satu jurnal yang membahas kode etik pr, tetapi dalam film luar negeri. Akhirnya tertarik buat membahas hal yang sama dengan film lokal yang kebetulan lagi terkenal saat itu” ungkap Ade.
Penelitian ini berbeda dari penelitian lain yang sejenis karena menyoroti bagaimana etika public relation khususnya APRI diterapkan dalam film Indonesia, dimana kebanyakan penelitian sebelumnya hanya fokus membahas pelanggaran kode etik dari public relations saja.
“Artikel ini unik karena fokus penelitian yang Saya lakukan itu tidak hanya pada pelanggaran tetapi juga pada penerapan etika pr itu dalam film, yang jarang banget dibahas sebelumnya” tambahnya.
Konferensi ICEMSS Jadi Ajang Kolaborasi dan Inspirasi
Rasa haru dan tidak menyangka dirasakan oleh Ana saat melihat namanya terpampang jelas di layar pengumuman sebagai penerima penghargaan Best Paper dalam ajang International Conference on Emerging New Media and Social Science (ICEMSS) 2025.
“Pas tau ada nama Saya di layar rasanya kaget soalnya Saya tidak pernah berekspetasi bakal menang karena ya banyak banget revisiannya untuk artikel ini. Jadinya pas dipanggil ke panggung Saya gemetar dan menahan air mata karena senang bisa sampai di titik ini” tegasnya.
Konferensi ICEMSS 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi untuk mahasiswa, tetapi juga sebagai tempat untuk berkolaborasi dengan mahasiswa lain dari negara yang berbeda. Ana menyebut pengalaman tersebut sebagai momen untuk memperluas wawasannya dan memperkaya relasi akademik.
“Konferensi ini sangat istimewa karena mempertemukan mahasiswa dari Indonesia dan luar negeri, menghadirkan narasumber dari universitas yang berbeda-beda. Selain itu, konferensi ini membuka kesempatan untuk bertukar ide serta mengasah kemampuan public speaking” imbuhnya.
Sebagai penerima penghargaan Best Paper, Ana berharap penelitiannya bisa menjadi kontribusi nyata dalam pengembangan kajian etika komunikasi, terutama dalam konteks etika profesi public relations di media. Ia juga mendorong mahasiswa lain untuk berani memilih topik yang belum populer dan terus bersemangat meski menghadapi banyak revisi.
“Jangan takut memilih topik yang belum banyak diteliti. Selama itu relevan dan punya dasar teori yang kuat, pasti bisa. Harus tetap konsisten, mau terbuka terhadap saran atau kritik, dan yang terpenting semangat mengerjakan meski banyak revisian” pesannya.
Dengan prestasi yang diraih oleh Ana Sofiana Wahyu, membuktikan bahwa mahasiswa Ikom Umsida mampu bersaing di kancah Internasional, sekaligus menunjukkan bahwa etika dalam komunikasi terutama di Indonesia masih menjadi isu penting yang perlu dibahas lebih lanjut.
Penulis: Asmaul Khusna Tri Wulan Juli