Ikom.Umsida.ac.id – Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida), Rahmat Hidayat, berhasil menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Ia meraih Juara 3 Lomba Videografi Nasional yang diikuti oleh peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Melalui karya bertema “Bersama Pemuda Tingkatkan Kreativitas Bangsa”, Rahmat berhasil memukau dewan juri berkat kekuatan visual, narasi yang menyentuh, dan pesan moral yang kuat.
Rahmat, mahasiswa semester 3 yang juga merupakan Sapta Pencerah Umsida (Brand Ambassador Kampus), dikenal aktif di bidang videografi dan produksi konten kreatif.
Kemenangannya kali ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Umsida memiliki kemampuan bersaing dan berprestasi di bidang industri kreatif digital.
Menemukan Makna Lewat Visual
Kecintaan Rahmat terhadap dunia videografi telah tumbuh sejak masa SMK jurusan Multimedia.
Namun, ia mulai serius menekuninya ketika berkuliah di Umsida. Lingkungan kampus yang suportif serta teman-teman yang memiliki semangat serupa membuatnya semakin yakin untuk terus berkarya.
“Videografi bagi saya bukan sekadar visual, tapi media untuk menyampaikan pesan dan makna lewat karya,” ujarnya saat diwawancarai.
Bagi Rahmat, kekuatan videografi terletak pada kemampuannya untuk menghubungkan emosi dan pesan sosial.
Ia percaya bahwa visual mampu menjadi bahasa universal yang menjangkau berbagai kalangan.
Melalui karya-karyanya, ia berupaya menghadirkan perspektif positif tentang kemanusiaan, kepedulian, dan semangat muda.
Baca juga: Mahasiswa Ikom Umsida Raih Medali Emas Taekwondo di Indonesia Expo Battle Piala DPR RI
Tantangan di Balik Layar
Proses menuju kemenangan tentu tidak lepas dari perjuangan panjang. Dalam persiapannya mengikuti lomba, Rahmat melakukan riset mendalam mengenai tema yang diangkat.
Ia menulis naskah secara matang, menentukan alur cerita, dan menyesuaikan visual agar makna yang ingin disampaikan bisa tersampaikan dengan kuat kepada penonton.
Namun, di balik itu semua, terdapat tantangan besar yang harus ia hadapi. Mulai dari keterbatasan waktu, alat, hingga kondisi di lapangan yang tidak selalu mendukung.
Meski begitu, ia tidak menjadikannya sebagai hambatan, melainkan kesempatan untuk belajar beradaptasi.
“Tantangan utamanya waktu dan alat, tapi dari situ saya belajar beradaptasi dan tetap kreatif dengan kondisi yang ada,” ungkapnya.
Rahmat juga menceritakan momen berkesan selama proses syuting. Menurutnya, rasa lelah yang dirasakan seketika terbayar ketika melihat hasil akhir sesuai harapan.
Ia menyebut, proses kreatif tersebut tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter dan mental pantang menyerah.

Lihat juga: Umsida Luncurkan Program Studi Magister Ilmu Komunikasi: Menjawab Tantangan Media Baru dan PR
Makna Kemenangan dan Dukungan Kampus
Kemenangan dalam ajang bergengsi tersebut menjadi pengalaman berharga bagi Rahmat.
Ia mengaku tidak menyangka bisa masuk tiga besar, mengingat banyak peserta lain yang menampilkan karya luar biasa.
Namun, hasil itu membuktikan bahwa kerja keras dan ketulusan dalam berkarya akan selalu menemukan jalannya.
“Jujur nggak nyangka bisa juara 3 karena pesertanya banyak dan keren-keren. Tapi saya bersyukur karya ini bisa diapresiasi,” katanya penuh rasa syukur.
Bagi Rahmat, penghargaan ini bukan hanya kemenangan pribadi, melainkan juga bentuk kebanggaan bagi Umsida.
Ia berterima kasih atas dukungan yang diberikan pihak kampus, baik dari segi fasilitas, moral, maupun motivasi dari dosen dan teman-teman.
“Dukungan dari kampus sangat berarti. Mulai dari peminjaman alat hingga dorongan semangat, semua itu membuat saya semakin percaya diri untuk berkarya,” ujarnya.
Sebagai Sapta Pencerah Umsida, Rahmat merasa memiliki tanggung jawab moral untuk terus menginspirasi mahasiswa lain agar berani berkarya dan menunjukkan potensi diri.
Ia berharap prestasi ini dapat menjadi motivasi bagi teman-teman seangkatan maupun adik tingkat untuk tidak takut berkompetisi di bidang kreatif.
Ke depan, Rahmat berencana untuk terus mengasah kemampuannya dan berpartisipasi dalam lebih banyak kompetisi videografi.
Ia juga ingin menciptakan karya yang berdampak positif bagi masyarakat, terutama dalam isu-isu sosial dan kemanusiaan.
Menurutnya, dunia videografi bukan sekadar tentang kamera dan editing, melainkan tentang keberanian bercerita.
Ia percaya setiap karya yang dikerjakan dengan ketulusan akan meninggalkan pesan bermakna.
“Saya ingin terus berkembang, ikut lebih banyak kompetisi, dan bikin karya yang berdampak luas untuk masyarakat,” tutupnya.
Penulis: Airin Zhafirah Rahmah


















