Ikom.umsisa.ac.id- Rangkaian COMFEST 2025 berlanjut dengan pelaksanaan Workshop Creative Media Skill yang berlangsung serentak di tiga lokasi berbeda di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Kamis (8/5). Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang ingin memperdalam keterampilan di bidang desain AI, podcast, short movie, dan fotografi.
Acara yang digelar oleh Himakom Umsida ini bertujuan memperluas literasi media digital peserta sekaligus memberikan pengalaman praktik langsung bersama para ahli di bidangnya.
Desain AI & Short Movie di Aula Mas Mansyur: Kreativitas dan Simbol dalam Komunikasi Visual
Di Aula Mas Mansyur, peserta workshop desain AI mendapatkan materi dari M. Fauzan, SKom MKom, yang menekankan bahwa desain bukan sekadar estetika, melainkan alat komunikasi visual yang efektif. Ia juga menegaskan bahwa AI hanya alat bantu, bukan pengganti kreativitas manusia. “Kalau ingin memakai AI, kita harus tetap belajar. AI hanya untuk referensi. Dan supaya hasilnya sesuai harapan, prompt-nya harus jelas dan spesifik,” jelasnya.

Sementara itu, sesi Short Movie bersama Ajo Kuswanto mengangkat sudut pandang filosofis dalam produksi film. Menurut Ajo, film adalah media simbolik yang dapat membangun persepsi, bahkan tanpa banyak dialog. “Film yang bagus bukan hanya teknisnya, tapi idenya harus mengganggu dan menggugah,” tegasnya.
Baca juga: Sorot Etika Bermedia Sosial, PSPKM Umsida Gelar Workshop Jurnalistik dan Bijak Bermedia Sosial
Fotografi Naratif: Menangkap Cerita Melalui Lensa
Di ruang kelas kampus Umsida, peserta mendapatkan materi khusus mengenai fotografi naratif bersama M. Andi Fikri MIKom , seorang praktisi fotografi. Ia menyampaikan bahwa dalam dunia komunikasi visual, foto bukan hanya visual yang indah, tetapi alat untuk menyampaikan cerita yang kuat.
“Unsur manusia penting untuk menjadikan foto hidup. Harus jelas bahwa foto kalian menyampaikan sebuah kegiatan atau peristiwa,” terang Andi.

Sesi ini juga diwarnai diskusi hangat, di antaranya:
- Bagaimana sebuah foto bisa menciptakan satu persepsi yang sama?
Andi menjawab, “Tidak semua karya bisa diterima semua orang. Yang penting bagaimana fotografer menyampaikan pesannya lewat sudut pandang yang jelas.” - Apa bedanya fotografi dan videografi dalam konteks multimedia?
“Multimedia itu ‘all in media’. Tapi setiap platform punya ciri khas. Konten di TikTok dan Instagram bisa saja sama, tapi penontonnya beda, persepsinya juga beda,” tambahnya.
Peserta juga diberi tantangan membuat rangkaian foto bertema keseharian, seperti aktivitas pagi hari atau kegiatan di pasar. Hal ini mendorong mereka untuk peka terhadap cerita yang ada di sekitar.
Lihat juga: Pertukaran Mahasiswa AIU: Pelajari Hukum Bisnis bersama Pakar Manajemen di Umsida
Podcast: Merangkai Narasi dari Suara
Sementara itu, di Lab TV Ikom Umsida, sesi podcast dipandu oleh Alfaro M. Recoba MIKom., yang menyampaikan bahwa podcast merupakan media yang dapat menyampaikan cerita tanpa visual, namun tetap kuat dalam menggugah emosi.
“Podcast itu seperti film tanpa gambar. Ia hidup dari bagaimana kita menyusun cerita,” ungkapnya.
Materi yang dibawakan fokus pada penyusunan alur cerita podcast, mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Recoba mengajak peserta untuk berpikir naratif dan menyusun script audio secara terstruktur, tidak hanya spontan.

“Podcast bukan sekadar ngobrol bebas. Kita harus tahu ke mana arah cerita, siapa pendengarnya, dan apa dampak yang ingin kita berikan,” jelasnya.
Peserta juga diberi latihan menyusun konsep sederhana berdasarkan pengalaman pribadi atau fenomena lokal. Harapannya, mereka dapat menuangkan cerita yang relevan dan menyentuh dalam format audio.
Dari Ilmu ke Aksi: Peserta Wujudkan Karya Mini
Setelah mendapatkan materi, peserta dari kelas fotografi dan podcast diberi tantangan untuk menciptakan karya mini sesuai bidang yang mereka pilih. Beberapa peserta menyusun photo story bertema kehidupan pasar dan aktivitas manusia, sementara peserta kelas podcast mulai merekam cuplikan audio berisi narasi pendek atau konsep siaran suara bertema keseharian.
Workshop ini bukan sekadar berbagi ilmu, tapi juga membuka ruang eksplorasi kreatif dan pembuktian bahwa media digital adalah alat strategis untuk menyampaikan gagasan serta membentuk opini publik.
COMFEST 2025: Bukan Sekadar Event, Tapi Ruang Tumbuh
Melalui pembagian ruang yang proporsional, Aula Mas Mansyur untuk desain dan short movie, Lab TV untuk podcast, dan ruang kelas untuk fotografi. COMFEST 2025 memberi pengalaman belajar yang utuh dan menyeluruh.
Himakom Umsida menunjukkan komitmennya dalam mendampingi generasi muda agar tidak sekadar menjadi penonton teknologi, tapi pelaku aktif yang kreatif, komunikatif, dan inspiratif.
Penulis: Salwa Rizky Awalya