Senjata Komunikasi di Situasi Toxic Relationship: Ngomong atau Manipulasi?

Ikom.umsida.ac.id – Komunikasi seharusnya jadi jembatan buat saling memahami. Tapi di hubungan yang toxic, komunikasi bisa berubah jadi senjata buat mengontrol dan memanipulasi.

Kadang kita nggak sadar, kalau cara pasangan atau lingkungan toxic berbicara dan merespons kita sebenarnya sedang membentuk pola komunikasi yang nggak sehat.

So, kita bedah yuk gimana komunikasi bisa dipelintir dalam hubungan toxic, dampaknya terhadap kesehatan mental, dan gimana cara keluar dari jeratannya.

Karena jujur, sedikit sulit berhubungan dengan pasangan atau lingkungan yang gak sehat. Saat pola otak kita belum diberi kesadaran yang tepat, kita akan semakin masuk dan selalu terjerat pada hubungan toxic yang dianggap ‘lebih mengerti’ daripada pola pikir yang sehat.

Baca juga: ‘Hah, Ngomong Apa?’ Pentingnya Komunikasi Biar Gak Salah Tangkap

Ketika Komunikasi Berubah Jadi Alat Manipulasi

Di hubungan yang sehat, komunikasi itu soal keterbukaan dan saling mendengar. Tapi di hubungan toxic, komunikasi bisa berubah jadi senjata yang melukai secara emosional.

Sumber: Ilustrasi AI

Bahkan dalam hubungan toxic, apa yang dianggap pelindung adalah pembunuh. Pola komunikasi ini sering kali terselubung dan nggak langsung terlihat sebagai bentuk manipulasi.

Beberapa contoh yang sering muncul di hubungan toxic meliputi:

1. Gaslighting: Pasangan atau lingkungan bikin kita ragu sama diri sendiri dengan bilang, “Kamu lebay banget sih!” atau “Itu cuma di pikiran kamu aja,” Efeknya? Kita mulai mempertanyakan realitas sendiri dan kehilangan kepercayaan diri.

2. Silent Treatment: Diam berkepanjangan buat menghukum atau bikin kita merasa bersalah tanpa alasan yang jelas. Ini bukan cuma tanda marah biasa, tapi bentuk kontrol emosional.

3. Playing Victim: Apapun yang terjadi, kita yang selalu disalahin. Mereka berperan jadi korban biar kita yang harus minta maaf.

Kita dibuat terjebak dengan pengenalan orang toxic kepada khalayak umum, sehingga kita terlihat seperti pelaku paling jahat. Lama-lama, kita merasa semua kesalahan ada di kita.

4. Overgeneralization: Kalimat kayak “Kamu tuh selalu salah ngerti aku” atau “Aku nggak pernah
penting buat kamu” bikin kita merasa nggak cukup baik dan selalu dalam posisi defensif.

5. Threats & Guilt-Tripping: Pakai ancaman halus atau rasa bersalah buat ngekontrol tindakan kita, kayak “Kalau kamu ninggalin aku, aku nggak tahu bakal gimana,” dan “Aku pegang kartu
AS kamu.”

Ini bikin kita terjebak dalam hubungan karena merasa bertanggung jawab atas emosi mereka. Semua ini bukan sekadar cara komunikasi yang buruk, tapi teknik manipulasi yang secara perlahan bisa merusak mental seseorang.

Pola ini bikin seseorang kehilangan identitas, selalu merasa nggak cukup baik, dan bahkan takut untuk berbicara jujur.

Dampak Komunikasi Manipulatif terhadap Kesehatan Mental Komunikasi toxic dalam hubungan nggak cuma bikin hubungan jadi nggak sehat, tapi juga punya dampak serius terhadap kesehatan mental.

Lihat juga: Pentingnya Membangun Citra Diri? Inilah 8 Tips Untuk Kamu Yang Sedang Ingin Membangun Citra Diri

Beberapa dampak yang sering muncul akibat komunikasi manipulatif antara lain:

1. Turunnya Kepercayaan Diri: Selalu diragukan dan disalahkan bikin kita mulai nggak percaya sama keputusan dan perasaan sendiri.

2. Overthinking Berlebihan: Karena takut salah ngomong atau takut bikin pasangan marah, kita jadi overthinking sebelum merespons.

3. Stres dan Kecemasan: Komunikasi yang penuh manipulasi bisa bikin seseorang terus merasa was-was dan takut salah.

Hal ini membuat seseorang juga dapat berubah menjadi toxic, karena keinginan berlebih untuk mendapatkan informasi dari lawan.

4. Depresi: Jika terus-menerus merasa terjebak dalam pola komunikasi yang menyudutkan, seseorang bisa merasa kehilangan harapan dan mengalami depresi.

Semakin lama kita berada dalam hubungan dengan komunikasi yang toxic, semakin sulit buat menyadari dampaknya.

Karena itu, penting buat mengenali tanda-tandanya sejak dini. Gimana Cara Keluar dari Jeratan Komunikasi Manipulatif?

Kalau kita mulai merasa komunikasi bikin capek mental dan kehilangan jati diri, ada beberapa cara buat lepas dari  pola komunikasi manipulatif:

1. Sadari Polanya: Kenali apakah kita sering merasa bersalah, diragukan, atau kehilangan kepercayaan diri setelah  ngobrol sama pasangan atau lingkungan.

2. Tetap Tenang & Jangan Bereaksi Instan: Manipulasi sering bekerja kalau kita langsung terpancing. Ambil waktu buat mikir sebelum merespons.

3. Tegas & Tegapkan Batas: Berani bilang “Aku nggak nyaman kalau kamu ngomong kayak gitu” atau “Aku butuh didengar juga,” Jangan biarkan batas pribadi kita dilanggar.

4. Cari Perspektif Lain: Ceritakan ke teman terpercaya atau profesional buat dapat sudut pandang yang lebih objektif.

Kadang kita butuh orang lain buat menyadarkan kalau kita sedang dimanipulasi.

5. Pertimbangkan Jarak atau Keluar dari Hubungan: Kalau komunikasi udah bikin kesehatan mental terganggu dan pasangan atau lingkungan nggak mau berubah, penting buat mempertimbangkan jarak atau bahkan keluar dari hubungan tersebut.

Komunikasi Sehat Itu Kunci

Hubungan tanpa komunikasi yang sehat lebih banyak bikin luka daripada kebahagiaan. Komunikasi harusnya jadi cara buat saling memahami, bukan senjata buat mengontrol atau menyakiti.

Kalau kita mulai merasa obrolan lebih banyak bikin bingung, rendah diri, atau terus menerus merasa salah,
mungkin sudah waktunya buat mempertanyakan, ini komunikasi atau manipulasi?

Jangan ragu buat memilih kesehatan mental dan kebahagiaan kita sendiri!

Penulis : Kiki Widyasari Hastowo

Berita Terkini

Kreativitas Mahasiswa Ikom Umsida Berbuah Juara 2 di Kompetisi Podcast Nasional
20/11/2025By
Mahasiswa Ikom Umsida Unjuk Skill Driving Mobil Listrik IMEI Raih Juara 2 KMHE 2025
18/11/2025By
Himakom Umsida Resmi Dilantik, Siap Wujudkan Kepengurusan Kolaboratif dan Inspiratif
18/11/2025By
PT Otak Kanan dan Graha Office Gelar Pelatihan “The Power of TikTok”: Support UMKM Surabaya
17/11/2025By
Mahasiswa Magang Ikom Umsida Ikut Serta dalam Kegiatan Admisi Perdana Edufair Batu
16/11/2025By
Produktif di Mana Saja: Mahasiswa Ikom Umsida Ubah Café Jadi Ruang Kerja Magang
14/11/2025By
Tak Kenal Arus Deras, Mahasiswi Ikom Umsida Kembali Harumkan Nama Kampus Lewat Kejurprov Arung Jeram 2025
13/11/2025By
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Umsida Kembangkan Kemampuan Komunikasi Profesional di Dunia Pariwisata
12/11/2025By

Prestasi

Mengubah Takdir dengan Pendidikan: Perjalanan Inspiratif Azzam di Wisuda Ke-46 Umsida
20/11/2025By
Mahasiswa Ikom Umsida Raih Juara 2 di AEF 2025, Fotografi Human Interest Jadi Sorotan
06/03/2025By
Sempat Vakum 2 tahun, Cinthya Sabet Juara 2 Taekwondo Bela Negara Cup
04/03/2025By
Tekuni olahraga Bulu Tangkis: ini Kisah Mardi Lukas
17/11/2024By
Ukir Prestasi pada Kompetisi Internasional, Nanda Novarina: “Jangan Takut Mencoba”
01/11/2024By
Selesaikan studi selama 3,5 tahun sekaligus menjadi mahasiswa berprestasi.
07/07/2024By
Lulusan Terbaik Prodi Ilmu Komunikasi, Cetak Generasi Penuh Talenta
01/07/2024By
Mahasiswa Ikom Umsida Unjuk Bakat pada FBHIS Fest 2024
01/07/2024By

Nur Maghfirah A., M.Med.Kom

Nama:

Tanggal Lahir

Scholar:

OJS:

Scopus:

 

This will close in 20 seconds