Ikom.umsida.ac.id – Dulu bahasa campur-campur ala anak Jakarta Selatan (Jaksel) sering dikaitkan sama tongkrongan elite dan skena pergaulan tertentu.
Tapi sekarang? Lu bisa dengerin dan pakai gaya bahasa ini di mana-mana dari obrolan santai di kampus, podcast, sampai caption Instagram emak-emak hits.
Bahkan penulis aja pake lu – gue disini hahaha. Kok bisa? Yuk, kita bedah gimana bahasa Jaksel berevolusi dari tren lokal jadi fenomena nasional.
Awalnya bahasa Jakarta Selatan ini identik sama anak-anak urban yang sering nongkrong di coffee shop atau
kerja di startup.
Campuran antara bahasa Indonesia dan Inggris ini bikin percakapan terasa lebih ekspresif, lebih ‘smooth’, dan tentunya lebih keren.
Kata-kata kayak “literally”, “lowkey”, “bestie”, “valid”, atau bahkan “no cap” awalnya sering terdengar di circle tertentu, tapi sekarang? Udah jadi kosa kata harian banyak orang.
Medsos punya peran gede dalam penyebarannya. Twitter, TikTok, dan Instagram jadi ladang subur buat
nge-boost bahasa ini.
Influencer dan konten kreator sering pakai gaya komunikasi ini di video mereka, dan makin banyak orang yang ikut-ikutan.
Plus bahasa Jakarta Selatan juga fleksibel dan gampang diadaptasi, jadi nggak heran kalau makin luas pemakainya.
So pake aja kalo kalian nyaman, ya mungkin sedikit bakal sedikit banyak yang salty tapi enjoy aja.
Baca juga: ‘Hah, Ngomong Apa?’ Pentingnya Komunikasi Biar Gak Salah Tangkap
Kenapa Bahasa Jaksel Masih Relevan?
![](https://ikom.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/bahasa-jaksel-593x418.png)
1. Lebih Ekspresif & Relatable
Kadang bahasa Indonesia terasa terlalu ‘formal’ atau kaku buat ngegambarin perasaan tertentu. Sementara, bahasa Jakarta Selatan dengan mix Inggris-Indonesia sering kasih kesan lebih santai dan dekat.
“Gue tuh literally nggak bisa fokus kalau belom ngopi,”
“Sumpah, valid banget! Gue relate,”
2. Daya Sebar Lewat Sosial Media
Platform kayak TikTok dan Twitter sering melahirkan istilah baru yang langsung viral. Kata-kata kayak delulu, savage, unhinged, sampai gaslighting awalnya populer di internet sebelum akhirnya dipakai di obrolan sehari-hari.
3. Fleksibel & Bisa Diadaptasi
Bahasa Jaksel gampang banget nyatu sama logat atau slang daerah lain. Makanya, nggak jarang sekarang ada yang ngomong kayak:
“Coy, iki so deep, sumpah!” (Jaksel + Surabaya vibes)
“Gila sih ini, legit parah.” (Jaksel + Bandung vibes)
Lihat juga: Berinvestasi untuk Mahasiswa: Mengapa Harus Dimulai Sejak Dini?
Apakah Bahasa Jaksel Akan Bertahan?
Fenomena bahasa Jaksel ini lebih dari sekadar tren sementara. Seiring berkembangnya internet dan cara komunikasi yang makin informal, bahasa ini akan terus beradaptasi dan berevolusi.
Walaupun mungkin istilah-istilahnya bakal berganti dengan yang lebih fresh, pola campuran Inggris-Indonesia kayaknya bakal tetap ada di percakapan sehari-hari.
So, kalau lu masih sering denger orang ngomong dengan gaya “Not gonna lie, lu tuh bestie banget”, jangan heran.
Ini udah bukan cuma bahasa anak Jaksel doang, tapi bahasa generasi kita. Udah sampe mana hafalan kalian bahasa Jaksel kalian wkwk?
Penulis : Kiki Widyasari Hastowo