Ikom.umsida.ac.id. – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Siti Nur Nahria, mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi yang akrab disapa Ria atau Nahria, sukses mengharumkan nama Indonesia dalam ajang World Rafting Championship (WRC) yang diselenggarakan oleh International Rafting Federation (IRF). Kejuaraan bergengsi ini diikuti oleh 32 negara dan dilaksanakan di Sungai Kampar, Gopeng, Perak, Malaysia.
Dalam kejuaraan tersebut, Nahria tampil sebagai perwakilan Indonesia pada kategori Junior Women.
Menghadapi atlet-atlet terbaik dunia, ia menunjukkan performa gemilang dan konsistensi luar biasa di setiap nomor yang dipertandingkan.

Peraihan Prestasi di Tengah Persaingan Ketat
Meski target awal adalah meraih juara pertama, Nahria mengakui bahwa persaingan di tingkat dunia tidaklah mudah, terutama saat berhadapan dengan tim dari Republik Ceko (Czechia) yang telah lama dikenal unggul dalam olahraga rafting dan dayung. Namun demikian, perjuangan kerasnya tetap membuahkan hasil membanggakan.
Dalam kejuaraan ini, Nahria berhasil meraih Juara 2 Down River Race, serta Juara 3 Sprint, Head to Head, dan Slalom.
Peraihan tersebut menjadi bukti bahwa atlet Indonesia mampu bersaing di level internasional meskipun dengan berbagai keterbatasan.
Baca juga: Internatonal Guest Lecture Ikom Umsida – USIM, Kupas Representasi Media dan Identitas
Latihan Intens di Tengah Keterbatasan Fasilitas
Persiapan menuju WRC telah dilakukan sejak tiga bulan sebelum pertandingan dengan latihan intensif pagi, siang, dan sore.
Namun, Nahria mengungkapkan bahwa keterbatasan lokasi latihan menjadi tantangan tersendiri.
Sebagian besar latihan dilakukan di air sungai yang relatif datar karena sulitnya akses ke jalur berjeram.
“Kami jarang bisa latihan di jeram, jadi lebih banyak menyesuaikan teknik di air flat. Tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap maksimal,” ungkapnya.
Tantangan Alam dan Pengalaman Berharga
Kondisi sungai selama pertandingan juga tidak sepenuhnya sesuai prediksi. Perubahan debit air akibat hujan membuat arus menjadi tidak stabil.
Saat air tinggi, tenaga ekstra dibutuhkan, sementara saat air surut, bebatuan menjadi tantangan yang harus dihindari dengan ketelitian tinggi.
Meski demikian, pengalaman mengarungi sungai di Malaysia menjadi momen berharga bagi Nahria.
Jeram yang menantang menuntut kemampuan membaca arus dengan presisi, menjadikan kejuaraan ini sebagai pembelajaran penting dalam karier atletiknya.

Lihat juga: fbhis.umsida.ac.id/pemimpin-perempuan-berdaya-dekan-fbhis-umsida-sabet-outstanding-gad-partners-award
Dukungan Penuh dan Target ke Depan
Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari wali atlet, pengurus FAJI Surabaya, KONI Surabaya, hingga UMSIDA yang memberikan ruang bagi mahasiswa untuk fokus berlatih.
Ke depan, Nahria berencana kembali berlaga di kejuaraan nasional sebagai langkah untuk meraih tiket menuju WRC berikutnya.
Menutup kisahnya, Nahria berpesan kepada mahasiswa UMSIDA, “Jika kita sudah memutuskan untuk memulai, maka tuntaskan sampai selesai dengan hasil terbaik.”
Penulis: Salwa Rizky Awalya


















