Ikom.umsida.ac.id –Kegiatan liputan untuk figur penting, oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) kembali menunjukkan kemampuan jurnalistiknya. Kali ini, mereka mendapat kesempatan langka untuk meliput kegiatan Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa.
Liputan ini menjadi momen penting bagi mahasiswa untuk menerapkan teori komunikasi yang selama ini dipelajari di kelas ke dalam praktik lapangan nyata, sekaligus menambah wawasan mengenai proses liputan figur publik yang kompleks.
Mengasah Keterampilan Liputan Lapangan

Kegiatan liputan yang digelar pada senin (25/08/2025) menjadi bagian dari program magang dan praktik jurnalistik mahasiswa. Dengan di dampingi wartawan Metro Media, mahasiswa mengikuti rangkaian kegiatan Ibu Khofifah di Pasar Larangan, Sidoarjo.
Salah satu momen penting yang diliput adalah ketika Ibu Khofifah melakukan tinjauan penjualan beras SPHP (Sistem Resi Pembayaran Harga) dengan tujuanuntuk memastikan distribusi beras pemerintah berjalan dengan lancar dan harga tetap terjangkau bagi masyarakat.
Menurut salah seorang mahasiswa peserta, kegiatan liputan ini memberikan pengalaman langsung yang tidak bisa digantikan dengan teori di kelas.
“Ini kesempatan yang sangat berharga. Kami belajar bagaimana menyusun pertanyaan relevan, menjaga etika jurnalistik, dan menangkap momen penting tanpa mengganggu jalannya acara,” ujar amelia.
Liputan ini juga melatih mahasiswa memahami dinamika kerja media yang sesungguhnya, mulai dari persiapan alat tulis dan kamera, observasi lapangan, hingga teknik wawancara figur publik.
Mereka belajar bagaimana menyeimbangkan objektivitas dan kecepatan dalam menangkap informasi sehingga berita yang dihasilkan akurat, kredibel, dan menarik bagi pembaca.
Baca juga: Seberapa Efektif Konten Marketing Tiktok Mempengaruhi Pembelian Impulsif?
Fokus pada Figur Publik dan Etika Jurnalistik

Menjadi figur publik, Ibu Khofifah memiliki jadwal yang padat dan protokol yang ketat. Hal ini menuntut mahasiswa untuk tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman mendalam tentang etika jurnalistik.
Mahasiswa diajarkan menghormati privasi narasumber, menjaga jarak aman, dan memilih angle pemberitaan yang relevan dan informatif.
Dalam kesempatan wawancara singkat, mahasiswa diberi kebebasan menanyakan topik-topik yang bersifat edukatif dan sosial, termasuk program pemberdayaan masyarakat, kebijakan pendidikan, serta pengawasan distribusi sembako seperti beras SPHP.
Liputan pasar ini memberi mahasiswa pengalaman unik, karena mereka bisa melihat interaksi langsung figur publik dengan pedagang dan pembeli, serta mencatat respons dan komentar warga terkait kebijakan pemerintah.
“Meliput figur penting seperti Ibu Khofifah membuat kami sadar bahwa jurnalistik bukan sekadar menulis berita, tetapi juga memahami momen dan informasi yang menarik yang dapat disampaikan ke publik,” ujar Ana Sofiana, mahasiswa yang turut dalam liputan.
Pengalaman ini menjadi pelajaran penting untuk membentuk profesionalisme calon komunikator yang nantinya akan terjun ke media atau dunia public relations.
Manfaat Liputan bagi Mahasiswa dan Publik

Selain meningkatkan keterampilan jurnalistik, liputan ini membuka wawasan mahasiswa tentang kebijakan pemerintah dan dampaknya bagi masyarakat. Mahasiswa dapat menyampaikan informasi yang jelas, akurat, dan edukatif melalui media massa maupun media sosial.
Melalui kunjungan ke Pasar Larangan, mereka memahami proses distribusi beras SPHP, interaksi dengan pedagang, dan bagaimana kebijakan pemerintah menyentuh masyarakat langsung.
Liputan figur publik juga mengajarkan mahasiswa cara seorang tokoh menyampaikan pesan, mengelola citra, dan merespons pertanyaan dari media. Hal ini penting bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi, terutama yang tertarik pada media, hubungan masyarakat, atau komunikasi politik.
Pengalaman liputan ini memotivasi mahasiswa untuk lebih kritis dalam menilai informasi dan mampu menyaring berita dari berbagai sumber sebelum dipublikasikan.
Kegiatan liputan Ibu Khofifah menunjukkan bahwa praktik jurnalistik di lapangan bukan sekadar tugas akademik. Mahasiswa belajar menangkap fenomena sosial secara langsung, mengasah kemampuan komunikasi, analisis kritis, dan menulis berita yang informatif.
Dari acara resmi, kegiatan publik, hingga peninjauan pasar tradisional, semua pengalaman ini menjadi bekal berharga untuk menyiapkan mahasiswa menjadi komunikator yang profesional, peka, dan siap menghadapi dunia kerja.
Dengan demikian, liputan lapangan bukan hanya menambah keterampilan menulis, tetapi juga membentuk pemahaman mendalam tentang dinamika sosial dan kebijakan publik, sekaligus menghubungkan mahasiswa dengan realitas masyarakat yang sesungguhnya.
Penulis: Elfira Armilia
Penyunting: Putri Mega Safithrih