Ikom.umsida.ac.id – Pernah kepikiran gak kalau tweet bercanda kamu lima tahun lalu tiba-tiba muncul lagi dan bikin masalah? Atau foto lawas di Facebook yang dulu kelihatan keren, sekarang malah bikin malu? Well, jejak digital itu abadi dan selalu ngejar kamu.
Apa yang kita bagikan di internet bisa punya efek jangka panjang, entah itu bagus atau justru bikin repot.
Di era serba digital ini, hampir semua orang punya jejak internet. Mulai dari akun media sosial, riwayat pencarian, sampai data yang dikumpulkan aplikasi dan website yang kita pakai.
Masalahnya gak semua orang sadar kalau apa yang mereka unggah bisa jadi senjata makan tuan di masa depan.
Baca juga: Cancel Culture Selebriti Perlu Gak Sih? Ajang Edukasi atau Saling Menjatuhkan?
Manusia Bisa Lupa Kamu, Internet? Gak Lupa
Kasus soal jejak digital udah sering kejadian. Banyak public figure, influencer, bahkan orang biasa yang karier atau reputasinya anjlok gara-gara konten lama yang kembali muncul.
![](https://ikom.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/digital-600x413.png)
Kalo pun gak muncul secara sendirinya, netizen sekarang pinter banget ngulik postingan atau cuitan masa lalu kita.
Ada yang dulu nge-tweet hal kontroversial, ada yang chat-nya bocor, atau sekadar unggahan yang dulu dianggap seru, sekarang malah dianggap gak pantas.
Contohnya? Beberapa selebriti sempat kena cancel gara-gara tweet mereka bertahun-tahun lalu yang dianggap rasis atau ofensif.
Banyak pelaku kontroversial yang diulik habis-habisan tentang postingan lamanya.
Gak cuma itu, pelamar kerja pun sering batal diterima setelah HR ngecek media sosial mereka
dan nemu sesuatu yang “gak cocok” buat perusahaan.
Menurut riset dari CareerBuilder, 70% perekrut mengecek media sosial kandidat sebelum merekrut.
Bahkan, 54% di antaranya menolak kandidat karena menemukan sesuatu yang “meragukan” di akun mereka.
So, bukan cuma influencer atau pejabat aja yang harus hati-hati, kita semua perlu mikirin gimana jejak digital bisa berdampak ke masa depan.
Lihat juga: Integrasi Cryptocurrency dan QRIS: Inovasi Menuju Transformasi Keuangan
Apa Aja yang Termasuk Jejak Digital?
Jejak digital itu luas banget. Gak cuma postingan media sosial, tapi juga hal-hal yang sering kita anggap sepele, seperti:
1. Komentar di forum atau kolom reply sosial media.
2. Riwayat pencarian Google.
3. Foto atau video yang pernah kita unggah.
4. Review atau testimoni yang kita tinggalkan di e-commerce.
5. Data yang dikumpulkan aplikasi dan website yang kita pakai.
Kadang kita gak sadar kalau data ini masih ada, bahkan setelah kita menghapusnya. Internet itu seperti mesin waktu yang bisa menyimpan segalanya.
Dan sekalinya sesuatu masuk ke dunia maya, sulit banget buat benar-benar menghilangkannya.
Gimana Cara Mengelola Jejak Digital?
Biar gak jadi korban jejak digital sendiri, ada beberapa langkah yang bisa kalian lakuin buat menjaga data dan reputasi online:
1. Cek apa aja yang ada tentang kamu di internet. Coba googling nama kamu dan lihat apa yang muncul. Kalau ada sesuatu yang gak pengen dilihat orang lain, coba hapus atau minta take down.
2. Jaga privasi media sosial. Atur akun jadi private kalau perlu dan hati-hati sama informasi yang kamu bagikan ke publik.
3. Think before you post. Sebelum nge-post atau nge-tweet, tanya diri sendiri “Bakal malu gak kalau ini muncul lima tahun lagi?”.
Karena itu semua super ngaruh banget dan kita gak bisa prediksi apa yang akan terjadi di masa depan.
4. Hapus akun lama yang gak kepake. Banyak orang punya akun lawas dari zaman remaja yang masih bisa diakses. Kalau udah gak relevan, mending hapus sebelum jadi masalah.
5. Gunakan password yang kuat dan unik. Jangan sampe akun kamu mudah diretas dan data lama disalahgunakan.
Jejak Digital itu Pedang Bermata Dua
Jejak digital gak selalu buruk. Kalau dikelola dengan baik, bisa jadi aset yang bikin kamu lebih kredibel.
Banyak profesional yang sengaja membangun personal branding lewat internet, dari LinkedIn, blog, sampai portofolio online.
Tapi kalau gak hati-hati, jejak digital bisa jadi bumerang yang bikin nyesel di kemudian hari. So, sebelum nge-post sesuatu atau asal komen di internet, ingat satu hal: Internet gak pernah lupa.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo