Ikom.umsida.ac.id – “Sekarang banyak yang sukses tanpa kuliah. Ngapain buang waktu bertahun-tahun kalau bisa langsung kerja dan dapet uang?” Kalimat ini makin sering terdengar di era digital, di mana banyak orang membangun karier tanpa ijazah.
Dari content creator, entrepreneur, sampai software developer, banyak yang membuktikan bahwa sukses gak harus lewat jalur akademis.
Tapi di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa kuliah tetap penting, bukan cuma buat dapat gelar tapi juga buat membangun koneksi dan memperdalam ilmu yang gak bisa didapat dari internet semata.
So, masih worth it gak sih kuliah? Apalagi dengan banyaknya kursus online, bootcamp, dan self learning yang bisa ngajarin skill tanpa harus bayar uang semesteran yang selangit.
Baca juga: Wujudkan Pendidikan Berkualitas: Tantangan dan Solusi dalam Menuju SDG 4
Ketika Skill Bisa Dipelajari di Mana Saja
![](https://ikom.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/kuliah-ikom-592x418.png)
Dulu belajar identik dengan ruang kelas dan teori-teori dari buku. Sekarang? YouTube, TikTok, dan berbagai kursus online bisa ngajarin banyak hal.
Bahkan, beberapa tokoh di industri media dan kreatif sukses tanpa latar belakang akademis di bidang tertentu. Terutama sekarang lagi hybe banget sosial media dan dunia digital.
Jurusan yang menjurus soal komuniasi jadi sandaran utama ‘Penting Gak sih Kuliah?’.
Banyak yang bilang kalo jurusan ilmu komunikasi, “Ngomong dan bikin konten doang, gak perlu kuliah juga bisa!” Faktanya, Ilmu Komunikasi itu lebih dari sekadar ngomong atau bikin konten.
Jurusan ini ngajarin cara berpikir kritis, memahami audiens, membangun strategi komunikasi, serta mendalami media dan public relationl. Hal-hal itu gak sekadar dipelajari lewat TikTok atau YouTube.
Menurut beberapa pekerja di industri kreatif saat ini lebih menilai skill daripada ijazah. “Klien gak pernah nanya aku lulusan mana.
Mereka lebih peduli sama portofolio dan hasil kerja nyata”. Tapi, apakah semua aspek komunikasi bisa dipelajari secara otodidak?
Lihat juga: Transformasi Pendidikan : Implementasikan Kurikulum Outcome-Based Education (OBE)
Skill vs Ijazah: Dari Keduanya Mana yang Lebih Berarti?
Dalam dunia kerja skill tetap jadi poin utama. Tapi di beberapa bidang, ijazah masih menjadi pertimbangan penting.
Untuk posisi seperti jurnalis, public relations, atau media analyst, perusahaan biasanya mencari kandidat dengan latar belakang akademis yang sesuai.
Namun, bukan berarti kuliah adalah satu-satunya jalan. Beberapa lulusan Ilmu Komunikasi justru akhirnya berkarier di industri yang jauh dari bidangnya.
Di sisi lain, banyak profesional komunikasi yang sukses meskipun awalnya bukan dari jurusan tersebut.
Menurut survei dari LinkedIn, 62% rekruter masih melihat pendidikan sebagai faktor penting, tapi 81% lebih mengutamakan skill dan pengalaman nyata.
Artinya, kombinasi antara pendidikan formal dan kemampuan praktis bisa jadi pilihan paling ideal. Ilmu
Komunikasi masih tergolong jurusan yang fleksibel, tapi gimana dengan jurusan lain?
Beberapa bidang seperti kedokteran, hukum, dan teknik tetap butuh pendidikan formal karena ada regulasi dan standar profesi.
Tapi jurusan lain seperti IT, desain, atau bisnis digital punya lebih banyak peluang buat sukses lewat jalur self-learning.
Lihat juga: Strategi Digital Berbasis AI: Pengmas Dosen Ikom Umsida untuk Sekolah Muhammadiyah di Sidoarjo
Jadi, Kuliah Worth It atau Nggak?
Kuliah masih worth it, tapi tergantung tujuan dan cara memanfaatkannya. Jika hanya mengejar gelar tanpa pengalaman, lulusan bisa kesulitan bersaing di dunia kerja.
Sebaliknya, kalau bisa menggabungkan teori dari kampus dengan skill praktis yang diasah di luar kelas, maka kuliah tetap memberikan nilai tambah yang besar.
Bagi yang ingin masuk dunia media, PR, atau corporate communication, kuliah masih jadi jalan yang aman.
Tapi buat yang ingin terjun ke industri kreatif atau startup, banyak cara lain buat sukses tanpa harus lewat jalur akademis.
Pada akhirnya, kuliah bukan soal sekadar “harus” atau “nggak harus”, tapi soal bagaimana memanfaatkannya sebagai batu loncatan.
Karena pada akhirnya, dunia kerja gak cuma melihat apa yang ada di atas kertas, tapi juga apa yang bisa lo lakukan di dunia nyata.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo
Editor: Indah Nurul Ainiyah