Setelah beberapa minggu berkeliling kota Medan, kali ini saya dan teman-teman melakukan perjalanan yang cukup jauh. Berkunjung ke danau tersebar di Asia Tenggara yaitu danau Toba dan pulau Samosir. Memakan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan darat selama satu jam tidak membosankan karena pemandangan selama perjalanan yang indah sekali. Kegiatan disini didominasi oleh wisata budaya dan sejarah yang tentunya asik dan unik.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 11 siang dari kota Medan menuju pulau Samosir. Ada banyak tempat yang saya kunjungi seperti rumah pengasingan Bung Karno, Parapat Square, Sopo Guru Tatea Bulan, Sigale-Gale, makam Sidabutar, Seminar di Taboo Cottage, Sibea-Bea, dan Alam Sibayak. Namun yang akan saya bahas kali ini hanya seputar Sigale-Gale dan Sibea-Bea.
Pemandu Wisata Tari Sigale-Gale Tempat Sigale-Gale Tari Sigale-Gale
Yang pertama ada Sigale-Gale, yaitu patung yang “dikeramatkan” oleh warga setempat karena dahulu konon patung ini berisi arwah seorang anak. Jadi dahulu kala ada seorang raja yang memiliki anak laki-laki tunggal dan ia sangat menyayanginya. Suatu hari, ia mengutus Manggale (anaknya) untuk memimpin perang. Disaat inilah anak semata wayangnya tewas di medan perang yang membuat raja merasa terpukul hingga jatuh sakit. Saat diperiksa oleh “orang pintar” yang mengatakan bahwa raja jatuh sakit akibat rindu dengan anaknya. Lalu Sibaso (orang pintar) menyarankan agar membuat boneka/patung yang diisi roh dengan niatan agar sang anak bisa kembali. Semua warga berkumpul dan membuat ritual untuk memanggil roh. Melihat patung Sigale-Gale yang bisa menari sebab adanya roh tersebut, raja sembuh dan kembali ceria karena bisa mengingat anaknya kembali. Patung Sigale-Gale digunakan untuk mengiringi berbagai upacara adat namun karena masuknya agama Kristen ke daerah Toba ritual ini perlahan bergeser dan sekarang menjadi pertunjukan hiburan masyarakat.
Saya pula berkesempatan untuk menari bersama patung ini bersama pemandu wisata. Saat ini patung Sigale-Gale digerakkan dengan benang dimana saat ada alunan musik ia bisa menari. Kami menari menggunakan properti seperti selendang dan penutup kepala untuk laki-laki yang telah disediakan di sebelah patung.lalu di dekat pintu keluar, terdapat kotak apresiasi dimana pengunjung dapat berpartisipasi untuk menjaga pemeliharaan wisata dengan mengisi seikhlasnya.
Di wisata selanjutnya, saya mengunjungi tempat rohani bernama bukit Sibea-Bea, yang merupakan objek wisata religi bagi umat Kristiani terbaru, yang terletak di Harian Boho, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Wisata ini menyajikan sebuah patung yang saat ini masih dalam proses pembangunan dan diperkirakan akan rampung pada tahun 2022, patung ini direncanakan akan memiliki tinggi sekitar 61 meter. Dengan tinggi tersebut menjadikannya patung Yesus tertinggi, yang ada di dunia. Patung ini diharapkan akan menjadi sebuah ikon Samosir dan akan mengalahkan tinggi dari patung Yesus populer Christ the Redeemer, di Rio de Janeiro, Brasil yang mempunyai tinggi sekitar 30 meter saja. Di bukit ini memiliki pemandangan yang luar biasa, ditambah jalur aspal yang berkelok nan indah. Di spot inilah yang dijadikan warga sebagai titik yang cocok untuk berfoto. Selain itu, tempat ini juga menyajikan danau Toba yang indah dan dikelilingi bukit-bukit. Saya dan rombongan sampai di Sibea-Bea pada sore menjelang petang sehingga tidak terlalu panas dan pemandangan senja yang cantik. Namun sayang tempat ini ditutup pada pukul 5 sore sehingga kami tidak bisa berlama-lama disini.
Kunjungan kali ini merupakan kolaborasi antara wisata budaya dan rohani, dimana keduanya memiliki kesan yang membekas. Samosir akan memiliki sejarahnya sendiri di kemudian hari, masih banyak kunjungan yang akan menanti ditulis.
Bersambung…