Ikom.umsida.ac.id – Mahasiswa magang Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) kembali menunjukkan peran aktifnya dalam mengenalkan potensi kuliner khas daerah. Setelah sebelumnya sukses meliput festival kuliner khas Thailand, kali ini mereka memilih kembali ke cita rasa lokal dengan menyoroti Kue Lumpur Bu Lilik, jajanan tradisional yang telah menjadi ikon kuliner Sidoarjo dan dikenal sebagai oleh-oleh legendaris yang bertahan hampir dua dekade.
Kue lumpur Bu Lilik bukan sekadar jajanan pasar biasa, melainkan simbol ketekunan mempertahankan tradisi kuliner di tengah arus modernisasi.

Usaha yang dirintis oleh Lilik Resiyowati, atau akrab disapa Bu Lilik, ini berdiri sejak tahun 2006 dan hingga kini telah bertahan selama kurang lebih 19 tahun dengan konsistensi rasa dan kualitas yang tidak berubah.
Berlokasi di Jalan Hang Tuah No.45 RT.16/RW.07, Sidomukti, Sidoklumpuk, Sidokumpul, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Kue lumpur Bu Lilik buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga sore hari. Lokasinya yang strategis membuat usaha ini mudah dijangkau masyarakat sekitar maupun wisatawan dari luar kota.
Keistimewaan Kue Lumpur Bu Lilik
Keistimewaan kue lumpur Bu Lilik terletak pada proses pembuatannya yang masih mempertahankan dengan diberi tindihan arang agar kematangan merata.
Teknik sederhana namun penuh ketelitian inilah yang menghasilkan aroma smoky khas dan tekstur lembut yang menjadi daya tarik utama.
Bu Lilik menegaskan bahwa rahasia kelezatan kue ini tidak terletak pada resep rahasia, melainkan pada pemilihan bahan berkualitas dan konsistensi dalam menjaga cara memasak.

“Nggak ada resep spesial, sama saja seperti kue lumpur pada umumnya,” jelas anak Bu Lilik yang kini ikut membantu mengelola usaha, menekankan bahwa kunci utama adalah kesungguhan menjaga kualitas.
Baca juga: Mahasiswa Ikom Rancang Teaser Pelatihan Media Sosial Sekolah, Opini Guru, dan Penulisan Buku
Dalam percakapan singkat, Bu Lilik menambahkan bahwa sejak awal berdiri ia berkomitmen mempertahankan cara masak seperti sedia kala agar cita rasa tetap autentik.
“Kami tetap pakai bahan segar dan mempertahankan cara masak yang sama. Itu saja kuncinya,” ungkapnya.
Selain menjaga kualitas, pengunjung yang datang juga bisa menyaksikan proses pembuatan kue atau live cooking, sebuah pengalaman menarik yang semakin menambah daya tarik kuliner ini.
Keunikan lainnya adalah tekstur kue lumpur Bu Lilik yang terkenal lembut, lumer di mulut, dan memiliki rasa manis yang pas.
Ada dua varian utama yang ditawarkan, yakni original dan degan (kelapa muda), dengan kisaran harga mulai dari Rp18.500 hingga Rp82.000 sesuai varian dan jumlah pesanan.
Kombinasi rasa manis, kelembutan adonan, serta proses memasak yang penuh perhatian menjadikan kue lumpur Bu Lilik selalu diburu, baik sebagai camilan harian maupun oleh-oleh khas Sidoarjo yang dibawa pulang wisatawan.
Lihat juga: Kolaborasi Riset Mahasiswa dan Dosen:Peluang Emas Asah Intelektualitas
Bagi mahasiswa magang Umsida, liputan ini bukan hanya sekadar praktik lapangan untuk mengasah keterampilan jurnalistik, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran yang menumbuhkan rasa cinta terhadap kuliner lokal.
Pengalaman meliput kue lumpur Bu Lilik setelah sebelumnya mengangkat festival kuliner Thailand membuka wawasan mereka bahwa kuliner Nusantara memiliki daya tarik yang tidak kalah menarik dibandingkan kuliner internasional.
Mereka menyadari bahwa menjaga kuliner lokal bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang melestarikan identitas budaya dan sejarah masyarakat Sidoarjo.
Program magang Umsida sendiri dirancang untuk memberikan pengalaman nyata di lapangan, memadukan teori komunikasi dan praktik kreatif agar mahasiswa siap menghadapi dunia kerja sekaligus memiliki kepekaan sosial.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan liputan yang tidak hanya informatif, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.
Liputan kue lumpur Bu Lilik menjadi bukti bahwa kekayaan kuliner lokal memiliki nilai berita dan potensi ekonomi kreatif yang besar bila digarap secara serius.
Kehadiran mahasiswa Umsida dalam mengangkat kisah Kue Lumpur Bu Lilik juga memberikan dampak positif bagi pemilik usaha.
Selain membantu promosi melalui pemberitaan, liputan ini menunjukkan bahwa universitas memiliki kepedulian terhadap perkembangan UMKM lokal yang menjadi bagian penting dari perekonomian daerah.
Langkah ini sekaligus memperkuat citra Umsida sebagai perguruan tinggi yang tidak hanya fokus pada pengembangan akademik, tetapi juga berkontribusi aktif dalam mengenalkan potensi lokal kepada masyarakat luas.
Apresiasi pun datang dari para pelanggan setia. Azmi, salah seorang pengunjung yang ditemui di lokasi, menilai langkah mahasiswa Umsida sangat tepat.
“Anak muda sekarang jarang mau menyoroti makanan tradisional. Saya senang Umsida peduli dengan kuliner lokal seperti ini. Semoga kue lumpur Bu Lilik semakin dikenal dan tetap lestari,” katanya.
Melalui liputan ini, mahasiswa Umsida berhasil menghadirkan sebuah kisah kuliner yang bukan hanya lezat, tetapi juga sarat nilai budaya, sejarah, dan ekonomi.
Dengan menjaga konsistensi rasa selama hampir dua dekade, Kue Lumpur Bu Lilik membuktikan bahwa kuliner tradisional Sidoarjo tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.
Harapannya, liputan ini tidak hanya mengangkat pamor kue lumpur Bu Lilik sebagai oleh-oleh legendaris, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk semakin mencintai, melestarikan, dan mempromosikan kekayaan kuliner khas daerah mereka sendiri.
Penulis : Ervin
Penyunting: Indah Nurul Ainiyah