Ikom.umsida.ac.id – Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) terus berkontribusi lewat karya-karya kreatif di bidang audio visual dengan mengarap film dokumenter bertema budaya lokal berjudul “Warisan Rasa”. Film ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Filmologi dan Sinematografi. Film ini mengangkat kisah Klepon Bulang, jajanan tradisional khas dari Desa Bulang, Prambon, Sidoarjo, yang mulai jarang diketahui oleh generasi muda.
Melalui karya ini, mahasiswa semester 6 Ikom Umsida tidak hanya menunjukkan kepiawaian dalam bidang produksi film, tetapi juga menyuarakan kepedulian terhadap pelestarian jajanan tradisional sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal.

Film dokumenter ini disajikan dengan pendekatan visual dan narasi yang kuat, sehingga mampu menggambarkan kisah Klepon Bulang secara lebih baik dan mendalam.
Dalam proses produksinya, mahasiswa melakukan wawancara secara langsung dengan salah satu penjual Klepon Bulang, sekaligus merekam secara detail seluruh proses pembuatannya mulai dari pengolahan adonan hingga ke tahap akhir penjualan.
Setiap tahapan didokumentasikan dengan cermat untuk menghadirkan gambaran utuh tentang jajanan tersebut.
Merekam Sejarah Klepon Bulang yang Mulai Terlupakan
Film dokumenter ini dibuat dengan tujuan utama untuk mengulik lebih dalam tentang eksistensi dan sejarah dari jajanan klepon, serta memperkenalkannya kembali kepada publik, khususnya generasi muda.
Jajanan tradisional ini dibuat dari tepung ketan, memiliki cita rasa unik dengan tekstur kenyal dilapisi kelapa parut diluar dan terdapat gula jawa di dalamnya.
Klepon asli Bulang memiliki ciri khas sendiri dengan perbedaan pada bentuknya. Jika umumnya klepon berbentuk bulat, klepon khas Desa Bulang berbentuk sedikit agak runcing.
Lebih dari sekadar makanan, klepon bulang memiliki makna simbolis dalam kehidupan masyarakat setempat.
Dulu, klepon ini kerap dihidangkan dalam berbagai upacara adat dan momen penting, seperti selamatan panen, pernikahan, dan peringatan hari besar sebagai lambang kemakmuran dan rasa syukur kepada Tuhan.
Nilai tradisi yang melekat kuat menjadikan klepon ini bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Bulang.
Namun, seiring perkembangan zaman dan pesatnya modernisasi, keberadaan jajanan ini perlahan mulai meredup.
Makanan instan dan jajanan kekinian semakin mendominasi selera generasi muda, hingga membuat kuliner tradisional seperti klepon ini nyaris terlupakan.
Lihat juga: FBHIS Fest 2025: Menjadi Generasi Unggul, Penutupan dengan Awarding yang Menginspirasi

Mengenal Lebih Dekat dengan Klepon Asli Bulang Hj. Nunuk
Dari banyaknya penjual klepon yang ada di desa Bulang, Klepon Asli Bulang Hj. Nunuk merupakan salah satu toko klepon yang paling terkenal dan memiliki nilai sejarah tinggi.
Klepon Asli Bulang Hj. Nunuk merupakan bisnis keluarga yang telah bertahan selama tiga generasi.
Bu Nunuk memproduksi klepon secara tradisional, tanpa bahan pengawet, dan tetap menjaga keaslian rasa serta teknik pembuatannya.
Setiap hari, ia mengolah tepung ketan, gula merah, dan kelapa parut dengan tangan sendiri, mengikuti takaran yang telah menjadi patokan turun temurun.
Kehadiran klepon asli Bulang Hj. Nunuk dalam film dokumenter ini menjadi representasi nyata dari pelestarian jajanan tradisional terutama oleh masyarakat Sidoarjo sebagai bagian dari menjaga nilai-nilai budaya dengan sepenuh hati.
“Pembuatan film ini tujuan awalnya kampanye kecil untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghargai dan menjaga makanan tradisional sebagai bagian dari identitas budaya terutama di Sidoarjo,” Ujar Dea salah satu kru film Warisan Rasa.
Tantangan Langsung dalam Proses Produksi
Meski terdengar sederhana, proses produksi Warisan Rasa tidaklah mudah.
Salah satu tantangan terbesar adalah penyesuaian waktu pengambilan gambar. Lokasi utama pengambilan gambar berada langsung di toko penjual Klepon Bulang yang cukup ramai, sehingga menyulitkan kru untuk menemukan waktu syuting yang ideal.
“Tokonya cukup ramai dan kami harus menunggu waktu yang pas supaya syuting bisa berjalan lancar. Selain itu, ada kendala lain karena narasumber yang kami wawancarai merupakan generasi ketiga dari pembuat klepon, jadi kurang pengetahuannya mengenai sejarah klepon tersebut,” Ucap Amel selaku Sutradara.
Di sisi lain, Rozzy selaku editor mengungkapkan bahwa tantangan terberat justru terletak pada bagaimana merangkai visual yang mampu menyampaikan pesan tentang Klepon Bulang secara mendalam dan bermakna.
“Kami berupaya agar siapapun yang melihat film ini nantinya tidak hanya melihat tampilan visual, tetapi juga bisa merasakan atmosfer khas desa tempat Klepon Bulang berasal,” ungkapnya.
Seluruh tahapan produksi film ini dilaksanakan secara mandiri oleh mahasiswa dengan menjalankan berbagai peran penting dalam tim produksi.
Keterlibatan penuh ini tidak hanya memberikan pengalaman teknis di bidang produksi media, tetapi juga melatih kemampuan lain seperti berkomunikasi dengan narasumber, kerja tim, manajemen waktu, serta penyelesaian masalah langsung di lapangan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan selama proses produksi, tim tetap mampu menyelesaikan tahapan pengambilan gambar dan penyuntingan dengan semangat tinggi.
Mereka menaruh harapan besar agar film ini dapat menjadi dokumentasi penting yang bisa ditonton dan memberikan nilai edukatif bagi generasi di masa mendatang.
Baca juga: Angkat Budaya Lokal, Mahasiswa Ikom Umsida Garap Dokumenter di Sentra Batik Jetis

Film Dokumenter “Warisan Rasa” Jadi Sumber Edukasi Budaya
Film dokumenter ini tidak hanya hadir sebagai proyek akademik, tetapi juga menjadi media edukasi yang sarat akan nilai budaya lokal.
Mengangkat kisah Klepon Bulang, jajanan tradisional khas Desa Bulang, Prambon, Sidoarjo, film ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan kuliner daerah.
Lewat pendekatan visual yang menggugah dan narasi yang informatif, “Warisan Rasa” menyampaikan pesan mendalam mengenai nilai sejarah dan kultural di balik makanan tradisional yang mulai dilupakan.
Mahasiswa tidak hanya merekam proses pembuatan klepon secara detail, tetapi juga menggali kisah pelestariannya dari generasi ke generasi, terutama melalui sosok Bu Nunuk.
Film ini menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam menjaga kekayaan budaya Indonesia.
Harapannya, film dokumenter “Warisan Rasa” ini dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih peduli terhadap budaya lokal dan melihat kuliner tradisional sebagai bagian penting dari identitas bangsa yang harus dijaga dan diwariskan.
Penulis: Asmaul Khusna Tri Wulan Juli