Ikom.umsida.ac.id – Tiga mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida) berhasil menjadi bagian dari kegiatan bergengsi tingkat nasional dan internasional, yaitu Kongres ke-7 Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) yang dirangkaikan dengan The 7th AICCON (Asian International Communication Conference).
Acara ini diselenggarakan pada Rabu (30/7/2025) di Universitas Hasanuddin, Makassar, dengan mengangkat tema “Harmonizing the Voice of the Archipelago: Communication Transformation for Maritime Social, Economic, and Cultural Advancement.”
Ajang Bergengsi Komunikasi Internasional
Dalam forum ilmiah ini, para mahasiswa Ikom Umsida diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset mereka di hadapan juri dan peserta dari berbagai perguruan tinggi, baik nasional maupun internasional.

Tiga mahasisw tersebut adalah Indah Nurul Ainiyah, Irma Fahriza Ifanisari, dan Firdan Isya Ghafiansyah, masing-masing membawa topik yang beragam mulai dari nano celebrity influencer, branding media sosial, hingga isu gender dalam media komedi digital.
Kegiatan ini menjadi wadah penting bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan ilmiah, melatih kemampuan berbicara di depan publik, serta memperkenalkan hasil riset mereka ke kancah akademik yang lebih luas.
Setiap peserta tampil di ruang presentasi sesuai dengan bidang risetnya dan terlibat aktif dalam sesi tanya jawab bersama juri maupun audiens.
Baca juga: Magang Bermakna Mahasiswa Umsida Bentuk Karakter Positif Melalui Program LMI
Tantangan dan Pengalaman Berharga di Forum Akademik
Indah Nurul Ainiyah mengaku bahwa pengalaman ini menjadi momen paling berkesan selama dirinya menempuh studi di Ikom Umsida.
Ia mempresentasikan riset bertema gender consruction yang diangkat dari kanal YouTube Dikabj, yang dikemas dalam format serial komedi khas Jawa Timur.
“Sangat menegangkan saat presentasi karena berhadapan dengan peserta lain yang sedang menempuh studi S2 dan S3,” ungkap Indah.
“Namun saya merasa momen ini sangat mendalam, karena berkesempatan membawakan riset yang mengangkat hal unik di Jawa Timur untuk didiskusikan dengan para akademisi,” tambahnya.
Indah menambahkan, keunikan risetnya terletak pada bagaimana isu gender dapat dikemas secara ringan melalui media hiburan, namun tetap menyimpan nilai kritis terhadap budaya populer lokal.
“Topik gender yang saya ambil memang sedikit krusial, tapi karena objek riset saya berasal dari kanal yang bernuansa komedi, justru membuat audiens tertarik untuk mendalami isunya,” imbuhnya.
Sementara itu, Irma Fahriza Ifanisari atau akrab disapa Ifani, membawakan riset tentang nano celebrity influencer di media sosial.
Ia mengakui sempat merasa gugup karena sebagian besar peserta lain merupakan dosen dan mahasiswa pascasarjana.

“Deg-degan karena ternyata di dalam room kebanyakan pesertanya adalah dosen dan mahasiswa S2,” ujarnya.
“Tapi setelah presentasi selesai, justru muncul diskusi menarik. Beberapa peserta bahkan baru tahu istilah nano celebrity yang saya bahas dalam riset,” tambahnya.
Firdan Isya Ghafiansyah yang membawakan riset bertema branding media sosial juga mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga.
“Rasanya tegang karena berhadapan dengan peserta dari universitas ternama, tapi dari situlah saya belajar untuk menenangkan diri dan berusaha membawakan presentasi sebaik mungkin,” tuturnya.
Lihat juga: Mahasiswa Magang PBL PT. Semanggi Digital Indonesia Melakukan Monev Rutin dengan DPL serta Direktur Utama
Mahasiswa Mengeksplorasi Budaya dan Pembelajaran di Luar Kelas

Tidak hanya berkutat dalam kegiatan akademik, para mahasiswa juga diajak untuk menjelajahi kekayaan budaya Makassar selama rangkaian acara berlangsung.
Mereka mengunjungi situs prasejarah Leang-Leang, yang dikenal memiliki lukisan gua tertua di dunia, serta menyusuri Desa Rammang-Rammang, salah satu kawasan karst terindah di Asia Tenggara.
Kunjungan ini memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa untuk memahami hubungan antara komunikasi, kebudayaan, dan sejarah manusia.
Melalui perjalanan ini, mereka menyadari bahwa komunikasi tidak hanya hadir di ruang digital, tetapi juga melekat dalam setiap artefak, cerita, dan ekspresi budaya masyarakat.
Menurut para peserta, kegiatan ASPIKOM dan AICCON tidak hanya menjadi ajang akademik, tetapi juga ruang untuk membangun jejaring lintas kampus dan lintas negara.
Mereka dapat belajar langsung dari para peneliti dan dosen yang telah berpengalaman dalam bidang komunikasi.
“Dari kegiatan ini, kami banyak belajar tentang bagaimana riset komunikasi bisa dikembangkan menjadi topik yang relevan secara global,” ungkap Firdan.
“Banyak hal unik yang dibawakan peserta lain, dan kami jadi semakin termotivasi untuk terus meneliti,” pungkasnya.
Partisipasi mahasiswa Ikom Umsida dalam kongres ASPIKOM dan AICCON menjadi bukti bahwa mahasiswa Umsida mampu berkompetisi dan berkontribusi di tingkat nasional maupun internasional.
Melalui riset dan keberanian tampil di forum akademik, mereka tidak hanya membawa nama baik universitas, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk berani bersuara dan berinovasi dalam bidang komunikasi.
Penulis: Indah
Editor: Mega